Minggu, 31 Juli 2011

Kuciptakan untukmu Matahari yang Indah

Karena penyair selalu terpukau pada keindahan, dibuatnya puisi seakan mampu mengabadikan rembang, seakan mampu menjadikannya tembang. Tetapi senja tak pernah ragu pada malam, diserahkannya segala jingga. Malam yang lembut datang perlahan, menyelimuti senja dengan bintangbintang.
Bila gerimis turun menyunting kala, penyair dan langit berebut mencipta bianglala. Penyair mengabadikannya dalam bait, tetapi langit adalah khazanah. Selalu menjadi guru ketika penyair kehilangan arah, ia menengadah, berharap langit penuh tanda. Sebab di setiap keindahan, ada peta menuju kata.
Sebongkah matahari kupahat prasati, dengan katakata yang merangkum sejumlah rindu dan hangat dekapan, sejumlah cumbu dan hasrat membara. Aku bukanlah penyair, apalagi langit senja. Tetapi, dari setiap kata yang kumiliki, kuciptakan untukmu mata hari yang indah.

Rindu Membebaskan Aku

Rindu membebaskan aku dari sunyi. Kaukah mengubah waktu menjadi lonceng yang mengingatkan aku akan datangnya pagi. Seperti gemetar tanganmu di dada, mengganti dawai yang hilang dengan nada yang dinyanyikan tetes embun. Begitu jernih bisik mu menyapa.
Rindu membebaskan aku dari temaram. Relung langit tak mampu menampung kegelisahanku. Karenanya senja sebentar saja. Di balik bintangbintang, kaukah yang mengarahkan kompas hatiku? Sehingga kutemukan guguran daundaun yang kautitipkan pada angin.
Rindu membebaskan aku dari kelam. Kerling matamukah sinar biru di rasi Orion. Kaukah menggenggam rembulan di bingkai jendela. Membulatkan keheningan menjadi sekeping cahaya, yang mengubah lapang malam menjadi taman. Yang menuntunku  ke sudut kenangan.
Rindu membebaskan aku dari dingin. Secangkir kopi panas masih menguap di beranda. Mengalir tanpa henti ke setiap nadi. Hangatkan jiwaku. Mungkin kautitipkan belaianmu pada angin. Gemuruh nafasmu menelusuri rambutku, menembus hingga ke lubuk mimpiku.

Karya: Huda M Elmatsani

Aku Hanya Mampu

Jalan. Inilah lembaran yang kita lalui: jalan tak berujung
yang kita pahat dengan jejak langkah, selamanya melangkah
seperti cinta yang tak mengenal akhir
yang tak mengenal menyerah
di situ jejakjejak menjelma taman dan tetirah.
Aku hanya mampu melangkah bersamamu.
Lembah. Kamulah kehidupan
di mana lembah dipenuhi kuncupkuncup melati
senantiasa bersemi, tubuh wangi yang kukecup tiap pagi
embunembun berbaris di bulu matamu
mengerling sejuk ke dalam kalbu.
Aku hanya mampu bersyukur memandangmu.
Laut. Sungaisungai kuciptakan sungaisungai yang melambai
di bibirmu pantai segala kerinduanku bermuara
segalanya sampai
bukankah cinta itu lambang abadi?
di bibirmu sajakku menjelma cium
menjadi ombak di celahcelah lautmu yang anggun.
Aku hanya mampu memeluk gemuruhmu.
Bibir. Aku tidak tahu,
bagaimana indahnya engkau melukiskan cinta
hanya dengan sebuah lengkung sederhana di bibir
sementara ribuan kata tak sanggup kueja dan kutata
agar dapat menulisi kertas hatimu.
Aku hanya mampu merangkum senyummu
dengan seulas ciuman.

Karya: Huda M Elmatsani

Sabtu, 30 Juli 2011

Kata yang Berebut

Kata-kata saling berebut ketika kutulis sajak cinta
takut tak jadi bagian diksi, beruntung bila menjadi majas
sebab menjadi puisi adalah cita-cita luhur setiap kata.
Ketika kutulis tentang mata
kata-kata tatapan, kerling dan bening saling mengintip kesempatan
lalu kupilih airmata karena tak tahan rengek tangisan.
Ketika kutulis tentang bibir
kecup, cium dan sosor saling tersenyum merasa bakal dipilih
lalu kupilih airliur, aku tak tahan bisikan semilir di kuping.
Ketika kutulis tentang dada
buah dan belahan saling berdesakan
tetapi kupilih debar, aku tak kuasa menahan ledakan
cinta yang mengguncang.

 Karya: Huda M Elmatsani

Sketsa Burung Prenjak

Burung prenjak yang berisik dan suka mengantar matahari itu
tak lagi terdengar sejak datang hujan semalaman
beruntung selalu ada pagi
ketika kita buka jendela
sehingga kita bisa mencarinya di cakrawala. Atau menggambarnya
dalam cuaca damai. Musim panen yang ramai
anak-anak kita bermain layangan
benangnya menjuntai di antara jemuran yang
kolor kita kadang ikut terbawa sampai cakrawala. Aduh ternyata
burung prenjak tersangkut di dalamnya.

Karya: Huda M Elmatsani

Gerimis

Gerimis yang berteduh di pinggir jendela
seperti sedang memanggilmu
bukalah kaca basah itu dan biarkan ia masuk
mungkin ia ingin menangis di pelukanmu.
Matahari rupanya datang menjemput
diketuknya pula kaca dengan cahayanya yang lembut
gerimis yang rindu wajah itu hanya bisa tersipu.
Kulihat pelangi mengambang di jendela.
Peristiwa di atas berulang
setiap kali aku mengecupmu di pagi menjelang
kau memandang ikhlas dengan sekuncup doa
kautanamkan kembang di sudut mataku.

Jumat, 29 Juli 2011

Tertawalah

Bila senyum tak cukup lebar menampung bahagiamu
tertawalah kekasih tertawalah seperti kuncup yang merekah
indahkan hidupmu dengan tangkaitangkai bunga.
Segelas kesenangan secangkir riang, mari reguk bersama
nikmati waktu kita di antara dramatika kehidupan
kenangan, keharuan, apa pun namanya, biarkan memenuhi rongga dada.
Tertawalah kekasih bila senyum tak cukup lebar
seluruh bumi berdebar, seluruh langit gemetar, para malaikat bergegas keluar
mengira ada yang menyusup ke dalam surga.

Karya: Huda M Elmatsani

Kalimat yang Tersembunyi

Bumi berputar tanpa suara
rembulan bersinar diam-diam
bintang-bintang berpendar tanpa nujum kata
malam bergeser tanpa gemuruh.
Kadang bibir tertutup rapat
kadang lidah kaku terlipat
kadang katakata hilang tersembunyi
tangan tak dapat menulis perasaan yang terkunci.
Kutatap matamu
terjun ke palung hatimu
aduhai, sejuta kalimat cinta
tak terucapkan olehmu

Karya: Huda M Elmatsani

Dengan Apakah Harus Kutuntaskan Puisi

Dengan apakah harus kutuntaskan puisi
dengan menggoreskan luka di jari agar mengalir darahku
hingga setiap kata berdebar seperti jantungku. Atau
dengan tetesan keringat yang membungkus punggungku
agar tahu puisi adalah kerja keras mencangkul di tanah cadas
setiap kata tumbuh dari ketulusan berkarya. Atau
dengan airmata yang meloncat-loncat seperti huruf-huruf di papan ketik
mengikuti apa saja yang aku tulis, ia seperti sebuah perasaan
meloncat-loncat di dalam hati lalu meloncat keluar sebagai airmata. Atau
dengan langkah-langkah kita menyeberangi jembatan ke jembatan
yang menyatukan seluruh musim dalam peta perjalanan
setiap kata adalah petunjuk di mana kita hadir bersama. Atau
dengan senyuman yang membuat indah setiap pertemuan
dan pelukan hangat yang menyudahi setiap inci jarak
setiap kata adalah perekat nafas kita ke dalam satu makna. Atau
dengan ciuman sebagai tanda petik setiap kalimat cinta
kalimat yang melahirkan sajak-sajak yang mengalirkan sajak-sajak
sebab cinta tak pernah kehabisan sajak.

Karya: Huda M Elmatsani

Rabu, 27 Juli 2011

Sebait Doa

Ketika derai air mata
 Menetes tak terasa
 Dan tangan yang terjelur hampa
 Ada harap yang kupinta


Wahai Tuhanku!
 Tabahkanlah hatiku
 Tentramkanlah jiwaku
 Di saat ku terpisah jauh
 Dari serpihan kasih sang ibu,
 Agar perjalanan hidup yang ku tempuh
 Damai selalu
 Di sepanjang waktu


Wahai Tuhanku!
 Inilah sebait doaku
 Yang selalu berteriak memanggil nama-Mu
 Di akhir sujud sajadah panjangku

Rinduku Padamu

Setahun sudah kita tidak bertemu
 Aku selalu menanti kedatanganmu
 Aku selalu ingat masa-masa indah kita
 Bersama kita nikmati indahnya cinta


Masih kuingat setahun yang lalu
 Kau meninggalkan tanpa kata
 Meskipun aku tak rela kau pergi
 Aku ingin kita bersama selalu
 Aku tahu itu tak mungkin
 Meski kau akan kembali tahun ini


Hari demi hari, bulan demi bulan
 Tak sabar aku menunggu kedatanganmu
 Hatiku selalu cemas
 Jangan-jangan kita tidak akan berjumpa lagi


Ya Allah …
 Engkau Yang Maha Tahu
 Bahwa hambamu ini selalu menantikannnya
 Selalu merindukannya siang dan malam


Ya Allah …
 Pertemukanlah aku dengan dia lagi
 Dia yang selalu memberikan ketentraman jiwa ini
 Dia yang selalu kurindu


Ya Allah…
 Pertemukanlah aku dengan RamadhanMu nan agung
 Ridhoi aku di Ramadhan tahun ini
 Pertemukanlah aku kembali dengan Ramadhan tahun depa

Biar Padam Segala Sepi

Karena ada janji di hati kutulis puisi di laut mimpi
 Rindu kelasi meracik janji pengobat mimpi kasih sejati
 Topan dan badai aku layari untuk mengikat tanda jemari
 Di hulu sepi merangkai hari demi tujuan satu yang pasti


Jika aku merapat nanti sudi engkau datang berlari
 Biar kita merangkai hati janji setia sehidup semati
 Demi cinta yang telah bersemi cibiran orang jangan peduli
 Mari kita merajut mimpi suka dan duka kita hadapi


Kapal layar di ujung meti ikan pari taruh di api
 Kita berlayar di musim nanti biarlah padam segala sepi
 Aku berjanji kepada bumi demi engkau si bidadari
 Bila bersama sampailah nanti di pintu surga saling menanti

Selasa, 26 Juli 2011

Irama Dan Lagu Semalam

Irama dan lagu tak dapat dipisahkan
 dan sebuah kenangan
 indah alam dalam renungan
 muda mudi berpandangan. ..


Semalam berlalu pergi
 manisnya hidup bagai ayer hujan mencecah bibir
 senda gurau mu dan hilai tawa mu
 menyemarakkan kelipan cahaya hati


Istana impian dan angan-angan
 menjadi rata dilanda ombak
 kini aku senang dengan malam
 dan mengelak cahaya siang


Semalam berlalu pergi
 banyak lagu yang ingin ku dendangkan
 banyak rahsia tersimpan yang ingin ku curahkan
 banyak kedukaan.. tak sanggup ku saksikan


Aku berlari tanpa henti mencari sesuatu
 apakah sebenarnya erti kehidupan
 setiap ucapan yang pernah aku lafaskan
 tiada satu pun memberikan kesan


Semalam.. bulan berwarna biru
 aku masih mengharapkan sinaran baru
 ku gunakan usiaku sebagai azimat sakti
 untuk mencari sebuah kebahagian


Aku pelakon watak pencinta
 penuh kesombongan dan kebangaan
 api yang ku nyalakan padam secara tiba2
 kini tinggal lah aku bersendirian


Masih banyak lagu yang ingin ku dendangkan
 terasa pahit ayer mata yang ku telan
 kini telah tiba masa untuk mengakhiri
 sebuah lakonan sandiwara kehidupan
 yang berjudul ‘Cinta, Irama Dan Lagu Semalam’ …..

Takut

Tuhan…
 tak terhingga ku mencoba
 menempuh berbagai cara
 pegang teguh ku bersimpuh
 akan iman begitu rapuh


gejolak hati terus bertempur
 nista diri tak ubah lumpur
 dari dosa yang ku tata
 kupelihara ibarat harta


takut ajal datang merenggut
 dari akhlak yang tak patut
 ku bersujud harap Kau jemput
 dari taubat pengantar maut


amin…….. ……… .

Ku ingin tahu

Ku ingin tahu siapa
 Dia yang memikat hati
 Entah bagaimana caranya
 Aku bisa tergoda


Ku curi-curi waktuku
 Tuk mengusik hatinya
 Banyak cara kucoba
 Demi untuk mendapatkan hatinya


Mungkin kau tahu
 Tuk mendapatkan nya
 Tuhan tolonglah aku
 Ingin kumenangkan hatinya tuk miliki

 Jika mungkin kutahu apa yang bisa menaklukannya
 Belah dadaku tuk butikan cintaku
 Mungkin enggkau tahu aku cinta dia
 Ingin ku menangkan hatinya tuk kumiliki

Doa Air Mata

Ya allah………..
 Kenap kehidupan ku penuh dengan duka dan air mata.
 Kapan kah semua ini berakhir
 ku tak kuasa menahan rasa sakit dalam hati ku.



 Ya allah……....
 Dq tak sanggup lagi mengarungi hidup ini
 jika memang q tak bs hidup dengan tenang
 jika kehidupan ku hanya penuh dengan penderitaan
 ambil lah nyawa q…….ku iklas ya allah



 ya allah……..
 Ku tau, kau tak mungin menguji umat mu mlbh bts mampu nya
 tapi kini ku benar2 tak mampu lagi ya allah
 q mohon…….berilah rahmat mu tuk q
 tiada manusia yg luput dari dosa
 q hanya bs memohon ampun jika dr q bnyk berbwt salah



 Ya Allah………
 Hanya Engkau Yg Maha Kuasa……
 q hanya meminta,berilah kebahagiaan dlm hdp q
 lindungi lah diri q dari yang menjahati menzolimi q.
 Dan jika memang kau ters mencoba
 dq pun percaya kau synk pd q…..
 Tp kini q tak mampu lg,kin dah melebihi bts mampu q.



 Ya allah………….
 Hanya pada mu q meminta..
 Berilah ketenangan,dan kebahagiaan,amin

Senin, 25 Juli 2011

cinta sang pencinta

alangkah mulia cinta sang pencinta
 dia memberi bukan untuk menerima
 iklas tulus jiwanya,demi kekasihnya bahagia
 dia rela kenyam lukas sukma
 asal kekasihnya ceria.

alangkah mulia cintamu kasih
 kau terima derita demi aku bahagia
 walau nyatanya..
kepergianmu tanam derita jiwa
 karena tak dapat ku berdusta
 kau bagian dari hidupku…

Mungkin

mungkin tak akan ada lagi pelangi di senjaku
 yang biasnya mengantarkanku pada malam
 hingga pendarnya menggradasi warna mimpimimpi

pun mungkin aku hanya akan berjalan merambahi sunyi
 berputarputar tapaki sepi sesekali kunjungi memori
 tentang cinta yang indah rumit dan membunuh mati hati
 ;berkalikali !

ahh kekasih, mungkin engkalulah yang membalutku dengan leluka
 hingga perih menceritakan nyerinya
 dan airmata terengguk genangi lara jiwa

…tapi mungkin inilah cinta yang tertulis untuk ku
 karena sungguh ku tak mampu mengangkat pedang
 menghunus rasa yang menyiksa
 ;tulusku padamu !

Hati yang Terluka

sedih…..
 saat yang terkasih tak ada disini
 melewati hari yang selalu sunyi

riak hujan jadi saksi bisu
 akan sepinya hidupku
 hampanya hatiku
 rapuhnya jiwaku
 cahaya mentaripun takkan mampu tembus gelapnya relung batinku…

perih….
 saat yang diimpikan tak jadi nyata
 melawan rasa sesak yang s’makin memuncak
 tak ada hati
 tak ada cinta

mungkin ini sudah takdirnya
 menapaki jalan hatimu yang s’makin berkelok tak tentu arah
 mengarungi arus cintamu yang begitu terjal diantara bebatuan

mungkin memang ini yang kau mau
 membuatku terbunuh akan cintamu
 hingga lubang hitam di hatiku semakin dalam

hatiku berdarah!
 merah dimana-mana
 tapi tak kurasakan lagi perihnya
 hanya sedikit ngilu yang tak pernah hilang…

bertahan

Disini ku tetap bertahan
 Dengan suara yang tertahan
 Ku begini karna sudah tak tahan
 Menabir dengan hati yang menahan

Bertahan
 Dengan senantiasa mengingat Tuhan
 Menyatu dengan diri berkeyakinan
 Yang telah menjadi pendidikan

Tertahan
 Yang telah lelah menyuarakan
 Lelah memberikan peringatan
 Hingga jemari ini melantun

Tak tahan
 Hati ini yang tersisihkan
 Begitu mudah membalik kedua tangan
 Yang selama ini ditunjukkan

Menahan
 Dengan tetap berjalan
 Memahami tabir kehidupan
 Untuk tetap memberi kebaikan

aku butuh dia

sekian lama aku berusaha melupakan itu
 aku sempat lupa betapa aku menginginkan senyumnya
 betapa aku merindukannya
 senyuman dari bibirnya
 tuhan,,
 mengapa kau masih mempertemukanku dengannya
 jika sekarang aku harus berpisah
 aku gelisah
 inikah yang engkau inginkan?
 aku gila,
 aku bisa gila
 tuhan,,
 pertemukanku dengannya
 aku butuh dia
 sungguh butuh dia

kekuatan dalam kenangan

Bersama dalam kenangan
 Membayangkannya akan seyuman
 Menyisirku dalam ketentraman
 Dalam kenangan memberi kekuatan

Hadirnya kurasakan
 Riang canda tawa bermain
 Suka duka dalam pelukkan
 Hanya dalam kenangan

Senyum sendu dalam kesendirian
 Menggempar sunyi dalam keheningan
 Rasa kehadiran dalam bayangan
 Menghentak kesunyian dalam kebersamaan

Kenangan tinggal lah kenangan
 Kenangan dalam kebahagiaan
 Tidak untuk di sirnakan
 Nan kan menjadi suatu kekuatan

Minggu, 24 Juli 2011

Rasanya aku tak akan sanggup tanpamu

Jangan pernah pergi, itu yang ingin Rika Idmayanti katakan.
 Jangan pernah tinggalkan Rika Idmayanti, itu yang ingin Rika Idmayanti sampaikan.
 Semuanya tersimpan di dalam hati Rika Idmayanti sini.
 Razi Muhara. Z takkan pernah dapat mengerti itu, tapi ini memang telah Rika Idmayanti rasakan. Razi Muhara. Z sudah ada jauh di dalam sini, Rika Idmayanti tidak rela melepasnya.
 Meskipun Rika jauh di sana dan Rika Idmayanti tak bisa melihat Razi Muhara. Z.
 Jangan tanya mengapa Rika Idmayanti merasakannya.
 Jangan tanya, karena Rika Idmayanti tidak tahu.
 Rika Idmayanti hanya merasakan, Rika Idmayanti tak bisa tanpa Razi Muhara. Z

Razi Muhara. Z memang datang secara tiba- tiba, dan Razi Muhara. Z hadir di hati Rika Idmayanti secara tiba-tiba.
 Mengubah segalanya menjadi indah dengan seketika.
 Rika Idmayanti nyaman bila dengan Razi Muhara. Z, Rika Idmayanti merasakan itu. Merasakannya… Apa Razi Muhara. Z merasakannya ? Rika Idmayanti tidak tahu.

Rika perlahan selalu hadir di tiap malam Rika Idmayanti, jadi sebuah mimpi yang tersusun dengan indah.
 Apa Rika Idmayanti ada di malam Razi Muhara. Z juga ?
 Rika Idmayanti tidak tahu. Razi Muhara. Z sering tampak dibenak Rika Idmayanti, di setiap saat. Apa Rika Idmayanti juga ada dibenak Razi Muhara. Z di setiap saat ?
 Rika Idmayanti juga tidak tahu.
 Rika Idmayanti pun tidak perlu tahu, yang Rika Idmayanti tahu .. Razi Muhara. Z ada di sini, jauh di hati Rika Idmayanti.

Jangan sakiti hati ini, hati ini akan cepat rapuh.
 Rasa ini beda, beda.
 Rika Idmayanti hanya .. takut kehilangan Razi Muhara. Z.
 Rika Idmayanti tak akan sanggup tanpa Razi Muhara. Z

jiwaku

telah lama aku menunggu
arti hadirmu dalam hidupku
 telah jauh aku merasa
 abadi kisah dan makna cinta
 sucinya kasih yang kau beri
 mahlingai indah terurai
 kau mentari di pagiku
 kau purnama di malamku
 setiap kedipan mataku
 setiap hembusan nafasku
 terukir manis oleh namamu
 hadirmu tak enggan menyertai
 melengkapi dan menyayangi
 setulus dan sepenuh hati
 tunggu aku tuk ucapkan
 engkaulah……..jiwaku…………….

untukmu dimalam itu

Kuterus pandang rona merah di ufuk itu
 Berjajar sembari mengayunkan tangan
 Selaksa mengikat desiran nafasku
 Tanpa arah yang jelas
 Lamunanku melayang raut wajahmu
 Penuh bias sinar harapan.
 Tiap kudengar lagi itu
 Teringat malam indah diseberang kota
 Entah mengapa….
 Sekejap rasa sayang hadir di sudut hati
 Memandang cucuran air mata penuh isak tangis
 Berat kusapu dengan kelembuatan.
 Berfikir olehku…
 Diri ini tak larut dalam kesedihan
 Untukmu ~~~~~~~~
 Mencari gurau dalam sendu
 Tertatih meniti lidah kelu
 Biar diam ,membisu
 Didepan sana
 Alunan nada cintaku kadokan
 Secercah ceria penuh makna
 Berusaha merakit rasa sakit
 Tapi…..
 Kenapa malam itu menyihirku bahagia
 Meski ,
 Dingin menusuk tulang
 Dibalut bintang ,terang bulat
 Seakan-akan menemani malam yang terasa beda
 Didekatmu,,,,
 Bagai mentari di pagi hari
 Meski
 Malam yang panjang belum terlewati
 Kurasakan desah malam
 Membuat bibir manismu seakan memanggil
 Garis-garis cinta yang singgah di hatiku
 Apakah malam itu saksi bisu cintaku………
 Hanya pada malam yang dingin terus kupertanyakan………………

Senin, 18 Juli 2011

Melukis Puisi di Matamu

Matamu sepasang coklat tua yang teduh. Memandangmu, seperti rindang pepohonan di tengah kolam seroja. Aku tercebur. Jatuh dan mencintaimu. Dan cinta: berpendar dalam berjuta pixel warna. Memancar di percik cipratan airmatamu.
Dan di sejuk tatapanmu, aku melukis puisi. Sebab di sana ada spektrum cinta. Membuat rindu seteduh biru lautan yang anggun menyusun ombak gemuruh. Membuat kecemasan membias ungu seperti langit malam menunggu bintangbintang berlabuh.
Membuat harapan secerah mentari di jendela subuh. Yang membuat merah wajah kita, setiap kali tak dapat menahan dahsyatnya ledakan jantung. Dan seikat pelangi mencercahkan seluruh warna dalam satu goresan senyum.
Bulu matamu yang lepas, biar kujadikan kuas, hanya agar semua terlukis seindah rindu padamu. Kutahu tanganku tak mampu menoreh warna selembut tatapanmu, menggoreskan kata selembut ucapan mu. Tidak juga mataku dan tidak juga mulutku.

Bidadari Senja

Gerimis turun merajut senja. Bias mentari ditenun jadi seikat pe langi. Engkau menuruni lembah hatiku. O, cantik nian pemandangan ini. Membuatku selalu gandrung hati. Bersama sejuknya angin senandungkan lagu — cinta yang terakhir, senada jantung ku irama yang mengalir.
Kau suguhkan secangkir teh melati, aroma kenangan, memaknai setiap derap perjalanan. Halaman rumah adalah ketentraman tiada tara. Tempat jejakjejak kaki tertanam dan tumbuh menjelma bunga ilalang, menghiasi perjalanan dan kenangan. Kutatap relung matamu tanpa akhir.
Bidadari senja. Kau selalu membuatku yakin. Cinta adalah bukti, bukan statistika. Cinta adalah pasti, bukan probabilitas. Dan kau, kalimat terindah dalam definisi cinta yang dibuat Tuhan untukku. Kau keindahan tak tergantikan, di antara langit dan bumi. Kau kalimat syukurku kepadaNya.

Kupersembahkan Padamu

Kupersembahkan padamu sekuntum ciuman segar
dalam buket bunga kesukaanmu: aster, krisan dan sejumlah mawar
sebuah puisi kusematkan dalam sebuah lembar
pagi terasa spesial
kurasakan jendela hati terbuka lebar.
Seperti kau memahami bait puisi
ia bukan sembarang bahasa – tetapi sebuah jiwa
puisi tidak disusun dari kata hanya kata
puisi yang membangun kata demi kata dan
menuntaskannya sebagai doa indah.
Seperti aku tenggelam di matamu
seluruh hatiku sibuk mengeja pustaka cinta
pun mulutku tak sanggup bicara
sedangkan tanganku diam-diam sibuk meremas kata
yang kadang menyelinap di jemarimu.
Puisi mengembara perjalanan tersembunyi
melewati samudera di balik tatapanmu
bait-baitnya terurai dalam tiap derai ombak
menciumi pantai-pantai semampai di lekuk tubuhmu
lihatlah jejak kakiku, selalu hanyut bersamamu.
Seperti kau memahami bait puisi
ia ada dalam dirimu, dirimu ada di dalamnya
sebab kerangka puisi tersusun dari tulang-tulangku
dan kau bagian tak terpisahkan
dari struktur tulang-tulang itu.

Menjadi Embun di Sudut Matamu

Malam di sisimu
terjaga dengan ciuman semerah saga
seolah mimpi baru dimulai
mentari bergelayut di dedaunan
kamu bergelayut di dada
menyeduhkan dekap kehangatan
lihatlah, embun di lengkung kelopak mawar
berkilau menjelma bianglala.
Secercah pagi
kuyakinkan padamu dalam bingkai jendela
seberkas sinar kubukakan untukmu
langit menghamparkan lembaran biru di kakimu
padang sajadah, tempat doadoa ditanam diranumkan
tempat langkah kita tumbuh menjadi ilalang cahaya
bunganya bertaburan memenuhi semesta.
Lihatlah
burungburung berterbangan itu
ramai berebut cahaya
bukankah nyanyiannya senantiasa kita dengar
di saat fajar?

Jendela Laut

Dengarlah gejolak ombak
yang berderak di
jendela.
Kupersembahkan untukmu
sebuah laut
bergemuruh mentransmisi debur jantungku
buihnya tak habishabis
membisik namamu.
Jendela adalah perahu
tempat kita berangkat mengarungi rindu.
Kita bercinta sepanjang pelayaran
dalam alunan gelombang bak ayunan di taman
pulaupulau elok, pantaipantai indah
tercipta di sekeliling kita.

Juli di Rambutmu

Tiada kabut musim kemarau yang menyelimuti alis pagimu. Juli di rambutmu masih basah, masih menyimpan tetes dan rerum putan yang ditinggalkan hujan. Dan setiap kutatap matamu lewat panorama di jendela, aku menemukan lembah nan hijau, puspa warna, kicau prenjak menginjak tutstuts piano di pucukpucuk cemara, dan luruh gerimis. Kulihat seikat pelangi tumbuh di bola matamu.
Dan hujan
menyembunyikan
semua jejak.
Kuberteduh menatapmu
memperhatikan bulir hujan
menetes ke dalam
puisi.
Aku
terhanyut
bersama kesunyian
yang diselundupkan hujan
yang dibiarkan mengambang
dalam genangan
ilusi.
Dan hujan meninggalkan
hening
semua denting. Bening matamu selalu kuingat
ia adalah kolam sajak
seluruh kata yang menyembul
dalam bahasa hatiku.

Setangkai Purnama Pengganti Mawar

Ketika subuh mengembun
di atas kuntum
Zayyin, kulihat bulan
di atas halaman.
Kupetik untukmu pengganti mawar
yang pagi ini belumlah mekar.
Untukmu setangkai purnama. Sebuah damba
menemukan wajahmu tersenyum ketika ku terbangun
serasa mimpi indah baru berlangsung.
Lalu kulihat bulan bercakap padamu
ingin menghuni matamu
di mana tatapan cintamu, bercahaya
indah sekali.

Subuh di Stasiun Tugu

Di stasiun ini
dinding-dindingnya ditumbuhi lukisan
perjalanan, jarak dan airmata
dipahat waktu hingga lumut membatu
samar alunan gending menyihirku hening
kesunyian tugu, lampu-lampu membeku
jerit kereta yang menjauh
menyisakan gemuruh
hati menyebut namamu.
Di stasiun ini
dinding-dindingnya ditumbuhi bunga
kenangan demi kenangan tergambar
debar jantung yang menggetarkan
lalu lampulampu jalanan memudar
tinggal pendar tetes airmatamu
menerangi hari
seperti pagi menitipkan embun
pada rel
peta perjalanan ke hatimu.